Allah ada di mana-mana. Ya, bahkan di aliran darah kita. Allah itu “Mahadekat”. Allah ada di lautan, di daratan, di langit, di sungai, di sawah, di bukti, di gunung, di rumah, di kantor, di mobil, di pesawat, di kapal dan dimana saja. Allah ada di tengah-tengah kita.
Pernah mendengar kisah ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn Khatthab dan seorang penggembala? Kisah ini sangat masyhur. Mari kita lihat dialog mereka!
Suatu hari, Ibnu ‘Umar berjalan dengan beberapa orang sahabatnya dan bertemu dengan seorang penggembala kambing. Kemudian dia berkata kepada sang penggembala itu, “Coba kamu jual kepada kami satu ekor dombamu! Penggembala itu menjawab, “Domba-domba ini bukan milik saya tuan, dia milik tuan saya.” Ibnu ‘Umar berkata lagi, “Katakan kepada tuanmu bahwa dombanya dimakan serigala.” Penggembala itu berkata, “Lalu dimana Allah?” Mendengar jawaban si penggembala itu Ibnu ‘Umar kemudian menangis dan selalu mengulang-ulangi pertanyaannya, “Lalu di mana Allah?” Ibnu ‘Umar akhirnya mendatangi tuan pemilik domba-domba itu dan membelinya. Bukan hanya itu, Ibnu ‘Umar membebaskan sang penggembala –kebetulan dia adalah seorang hamba sahaya. Dia kemudian membeli seekor domba dan menghadiahkannya kepada si penggembala itu.
Subhanallah. Di mana Allah? Pertanyaan yang sangat luar biasa. Pertanyaan ini sebenarnya yang menjadi ‘Rem Cakram’ kehidupan kita. Tidak ada rem yang lebih kuat selain qalbu yang hidup: yang mampu merasakan kehadiran Allah, kapan dan di mana saja. Ketika ingin berbuat maksiat, munculkan pertanyaan: “Lalu, di manakah Allah?” Mungkin kita sudah merasa jauh dari Allah. Atau, Allah tidak beserta kita, seolah-olah maksiat kita tidak diawasi oleh-Nya.
Ketika ingin korupsi, lahirkan pertanyaan: “Di manakah Allah?” Dengan begitu niat korupsi dapat dibendung dan dibentengi. Ketika ingin berzina, timbulkan pertanyaan: “Di manakah Allah?” Sehingga niat untuk berzina bisa diurungkan. Pokoknya, setiap perbuatan jahat insya Allah dapat dihindarkan, jika kita benar-benar yakin bahwa Allah itu dekat, Maha melihat, Maha hadir, Maha dekat, dan “Serba Maha”.